SANDEQPOSNews.com, Majene — Wartawan Harian terkemuka Radar Sulbar di Sulawesi Barat bernama Mabrur disuruh keluar dari gedung arena debat kandidat calon bupati dan wakil Bupati Majene, Kamis (7/11/2024).
Kronologi
Mabrur wartawan harian Radar Sulbar biro Majene, saat sedang berada di dalam gedung Assmalewuang Majene tempat acara debat bupati dan wakil Bupati Majene berlangsung, seketika salah satu panitia penyelenggara dari Komisi Pemilihan Umum (KPU) Kabupaten Majene, Sulbar menyuruhnya keluar dari gedung.
Saat itu juga Mabrur bertanya-tanya ada apa gerangan ia disuruh keluar? Usut punya usut ia tidak mengenakan kartu identitas Pers (Pers Id Card) yang umum dimiliki setiap wartawan dalam meliput atau mencari dan mengolah sumber pemberitaan. Namun ia telah mengenakan Id Card KPU Majene yang umumnya dibagikan ke wartawan yang hendak meliput. Menurut Mabrur, ada sejumlah wartawan di dalam yang tidak mengenakan (sebagaimana umum tergantung di leher) kartu pers itu, tapi tidak disuruh keluar.
Kepada sandeqposnews.com, Mabrur mengatakan seharusnya pihak keamanan yang berjaga di pintu masuk Boyang (rumah atau gedung) Assamalewuang tidak melarang masuk karena Id card dari KPU sudah ada.
“Saya selalu ikut rapat koordinasi tidak ada saya dengar harus bawa id card kartu pers, olehnya itu saya tidak bawa,” ujarnya dengan kesal sambil merobek kartu id card pemberian dari KPU Majene.
Kata dia, seharusnya saat rapat disampaikan memang, supaya bisa diantisipasi untuk dibawah. Malahan, lanjut Mabrur, penyampaian menyusul dari pihak KPU Majene bahwa harus ada kartu pers dibawa masuk, membuat Mabrur semakin kesal.
“Ini dikasih tahu saat sudah berada di lapangan (lokasi debat). Bagaimana caranya mau’mi mulai kegiatan, gimana caranya ada kalau mendesak begini,” keluhnya.
Menurutnya, iA memantau di dalam ruangan gedung banyak media (wartawan, red) yang tidak membawa Kartu Pers.
“Mengapa hanya saya yang dilarang, alangkah malunya sudah di dalam namun disuruh keluar
Saya ini media besar namun dilarang masuk, apa media online lebih dihargai dari pada media cetak,” kata Mabrur dengan nada kesal.
“Katanya acara debat mau dipublikasikan namun media dipersulit untuk meliput kegiatan debat Paslon Bupati dan Wakil Bupati Majene.”
“Saya sangat menyayangkan hal ini wartawan yang betul-betul mau untuk mempublikasikan agar masyarakat tahu tapi dilarang meliput, wartawan yang dibilang Abal-Abal di izinkan masuk, kasian,” pungkasnya menggerutu.
Editor: Daeng Nompo’