SANDEQPOSNews.com, Majene — Air menjadi sangat dibutuhkan oleh masyarakat yang berdiam di Kelurahan Totoli, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat.
Wilayah ini umumnya berada di pebukitan tak jauh dari pesisir pantai. Namun untuk mendapatkan air bersih sangat kewalahan. Pasalnya, untuk membuat sumur bor dibutuhkan biaya besar, selain karena material tanah lebih didominasi bebatuan kapur juga untuk mendapatkan air cukup dalam antara 15 hingga 20an meter ke bawah tanah.
Itupun jika beruntung mendapatkan air rasa tawar, karena di pebukitan Totoli, khususnya di Lingkungan Passarang dan Passarang Selatan adalah pebukitan yang merupakan bekas pulau karang ribuan tahun lalu. Sehingga air yang biasa diperoleh berasa asin (payau).
Informasi dihimpun SANDEQPOSNews.com, bahwa masyarakat kelurahan Totoli sejak dua abad (abad 19) yang lalu mereka mendapatkan air tawar lewat penggalian sumur di wilayah Leppangang, Lingkung Passarang. Passarang kemudian dimekarkan menjadi dua bagian lingkungan yakni, Passarang dan Passarang Selatan. Sumur ini kemudian menjadi sakral dalam tradisi mahar pernikahan bagi warga Passarang jika ingin menikah ke daerah sekitarnya.
Seiring waktu, sumur tersebut hingga kini masih menjadi tempat favorit bagi masyarakat Passarang dan Passarang Selatan bilamana air PDAM tidak mengalir. Tidak saja bagi masyarakat kelurahan Totoli namun juga bagi masyarakat Kelurahan Rangas, Kec. Banggae.
Kini air PDAM Tirta Mandar Majene kembali macet. Sudah seminggu ini tidak mengalir, kata sejumlah warga di Kelurahan Totoli. Bagi warga Passarang Selatan di Kelurahan Totoli dan Kelurahan Rangas, mereka terpaksa menempuh jalan kaki atau menggunakan gerobak hingga 1 kilometer jarak dari rumah mereka untuk bisa mengambil air sumur di Leppangang, Lingkungan Passarang. Jika tidak mampu berjalan kaki maka terpaksa warga menanti adanya hujan untuk ditadah sebagai konsumsi mandi, cuci, dan kakus (MCK).
“Sudah satu Minggu mi ini tidak mengalir, ya terpaksa kita tunggu hujan untuk menadah, mau ke Leppangang ambil di sumur tapi jauh jalan kaki,” ungkap salah satu warga di pebukitan Passarang Selatan, Selasa (29/10/2024).
Di lingkungan Passarang Selatan terdapat sumur umum, namun berasa asin karena berada di pebukitan dan dipenuhi batu karang kapur yang dekat dengan air laut, sekira 100 meter dari tepi pantai dan 7 meter di atas permukaan laut (MDPL). Sayangnya, sumur tersebut sudah mengering sejak beberapa tahun lalu. Sehingga warga Passarang Selatan yang biasanya menimba air untuk MCK atau secara langsung mandi dan mencuci di sumur itu, tidak lagi berlangsung.
“Ada sumur dekat sini tapi sudah kering. Dulu kami selalu mandi dan mencuci di sana sekalipun rasanya asin kalau air PDAM tidak mengalirbeberapa minggu bahkan hingga satu bulan, tapi sekarang sumur itu sudah kering,” imbuh warga Passarang Selatan.
Terkait air PDAM tidak mengalir, Direktur PDAM Tirta Mandar Majene, Ir. Arlin Aras, mengatakan, bahwa ada IPA besar berdiameter 10 inci di lingkungan Maloku, Kelurahan Baru, mengalami pecah dihantam oleh alat berat Excavator milik proyek Balai Prasarana Permukiman Wilayah (BPPW) Sulawesi Barat.
“Ada pipa besar 10 inci pecah dihantam alat berat milik proyek BPPW Sulbar. Tapi baik’mi, Insyaa Allah 3 hari ke depan jalanmi air,” ungkap Arlin, kepada SANDEQPOSNews.com via chat WhatsApp, Selasa (29/10/2024).
Menurut Arlin, di sekitar bentangan pipa milik PDAM ada proyek inpres BPPW Sulbar, namun sayangnya saat alat bekerja menggali tanah menghantam pipa besar milik PDAM sehingga terjadi pecah dan air yang mengalir ke pelanggan di wilayah kelurahan Totoli mengalami hambatan. Pipa pecah itupun harus diganti.
“Itu proyek Inpres (instruksi presiden) BPPW Sulbar, alat beratnya hantam pipa saat melakukan penggalian,” pungkasnya.
Edito: Daeng Nompo’