Ditjen Kebudayaan Kemendikbud Menyelenggarakan Fase Rawat PKN 2024 di Sulbar Kerjasama Dengan Komunitas Bahari Mandar

- in BERITA, HUMANIORA, NASIONAL, SENI BUDAYA, SULBAR
4277
0
Koordinator Komunitas Bahari Mandar Sulawesi Barat, Muhammad Ridwan Alimuddin (ujung kanan). (ist)

SANDEQPOSNews.com, Majene – Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Ditjen Kebudayaan Kemendikbud) menyelenggarakan Fase Rawat Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 di Sulawesi Barat bekerjasama dengan Komunitas Bahari Mandar.

Fase Rawat PKN merupakan program tahunan yang diselenggarakan oleh Ditjen Kebudayaan Kemendikbud sebagai wujud implementasi dari agenda strategi pemajuan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018.

Hingga pada tahun 2024, melalui kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi PKN kembali diselenggarakan dan diwujudkan dengan cara menyediakan ruang bagi keberagaman ekspresi budaya, serta mendorong interaksi budaya guna memperkuat kebudayaan yang inklusif.

PKN merupakan serangkaian aktivitas berjenjang dari desa hingga pusat yang terdiri atas kompetisi daerah, kompetisi nasional, konferensi pemajuan kebudayaan, ekshibisi, dan pergelaran karya budaya dengan tujuan melestarikan budaya Indonesia. Pekan Kebudayaan Nasional menjadi implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan. Demikian disampaikan oleh ketua Komunitas Bahari Mandar, Muhammad Ridwan Alimuddin, pada konferensi pers di kafe Dondori, Kabupaten Majene, Sulbar, Rabu pagi (23/10/2024).

Ridwan menjelaskan, bahwa PKN adalah suatu perayaan setiap tahun yang diadakan untuk mengenalkan keanekaragaman kebudayaan Indonesia kepada masyarakat.

“ Tujuannya adalah untuk mengembangkan nilai-nilai luhur budaya bangsa, memperkaya keberagaman budaya, memperteguh jati diri bangsa, memperteguh persatuan dan kesatuan bangsa, mencerdaskan kehidupan bangsa, meningkatkan citra bangsa, mewujudkan masyarakat madani, meningkatkan kesejahteraan rakyat, dan lain-lain,” jelas Ridwan, mantan ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) kota Mandar itu.

Ridwan menyebutkan, PKN menjadi momentum penting untuk mengingatkan masyarakat akan pentingnya peran Kebudayaan dalam menciptakan masa depan bangsa yang berkelanjutan.

“Kebudayaan bukan hanya tentang kesenian, melainkan mencakup seluruh gagasan, pengetahuan, tindakan, dan seluruh hasil karya manusia dalam kehidupan. PKN merupakan perwujudan amanah Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan,” imbuh penulis buku “Kota Tua Majene” itu.

Sebagai ruang bersama, lanjut Ridwan, PKN diharapkan dapat mendorong terwujudnya sikap saling memahami, menghargai, dan menghormati di antara anak bangsa.

“Dalam menghidupkan kreativitas dan keanekaragaman ekspresi budaya, kita memerlukan ruang interaksi yang inklusif. Diharapkan, dengan adanya PKN dapat menjadi momentum sekaligus misi untuk mendorong dan meningkatkan peran kebudayaan dalam menciptakan solusi atas berbagai masalah mendesak dunia, termasuk mewujudkarn masa depan kebudayaan yang lebih baik dan berkelanjutan. Semua elemen pendukung diharapkaan bersatu dan bersinergi dalam gerakan kebudayaan kolektif yang konkret untuk mewujudkan tujuannya,” harap Ridwan yang dikenal juga sebagai jurnalis senior di Sulbar.

Bertolak dari hal di atas, dan dalam rangka Pekan Kebudayaan Nasional 2024, menurutnya, Sulbar sebagai salah satu kawasan penyangga lbu Kota Negara (IKN) akan ikut serta mendorong pengembangan identitas budaya yang dimilikinya.

“Pada kegiatan PKN tahun ini, Komunitas Bahari Mandar sebagai Mitra Kerja di Sulbar, akan memfokuskan pada salah satu Bahari Mandar pada salah satu objek budaya yakni, Sando Banua,” ujarnya.

Sejumlah Jurnalis mengikuti konferensi Pers Fase rawat Pekan Kebudayaan Nasional 2024 Sulbar yang diselenggarakan oleh Komunitas Bahari Mandar, di Kafe Dondori, Majene, Rabu (23/10/2024). (ist)

Fokus rangkaian kegiatan PKN 2024 Ditjen Kebudayaan Kemendikbud di Sulbar yang dilaksanakan oleh Komunitas Bahari Mandar, antara lain : FGD (Fokus Grup Discussion), Riset, Lokakarya, Pertunjukan Seni, Diskusi Buku dan Pemutaran Film Dokumenter. Sedangkan nama kegiatan ini adalah Fase Rawat Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) – Sulawesi Barat 2024 dengan Tema Sando Banua dan sub tema, yakni :

  1. Sando Piana’
  2. Sando Boyang
  3. Sando Lopi
  4. Sando Sasi’
  5. So’bo’ Uwai
  6. So’bo’ Lita’

Bentuk kegiatan yang dilaksanakan, antara lain :  :

  1. FGD (Forum Group Discussion).

FGD adalah bentuk diskusi yang dilaksanakan sehari dengan tujuan mengumpulkan informasi serta data-data penting sekaitan dengan tema dan objek kegiatan tentang Sando, dan juga untuk mendapatkan wawasan mendalam tentang pandangan serta pengalaman peserta terkait topik kegiatan.

Peserta yang akan dilibatkan sejumlah 25 orang terdiri atas, praktisi, akademisi, Sejarawan/Budayawan, serta pegiat atau pemerhati budaya lainnya. Diharapkan, melalui kegiatan FGD Sando Banua, peserta dapat menyatukan persepsi mengenai isu atau topik tentang Sando Banua, dengan harapan dapat mencapai kesepakatan dan menambah pemahaman baru. Hasil FGD akan dirumuskan oleh tim kerja dan akan dijadikan sebagai referensi untuk kegiatan selanjutnya.

Kegiatan Riset yang dimaksud adalah proses mengumpulkan, menganalisis, dan menerjemahan data atau informasi secara sistematis untuk memahami fenomena “Sando Banua”. Hasil riset dilakukan secara kritis, ilmiah dan bersistem untuk meningkatkan pengetahuan dan pengertian mengenai objek dan pendukung lainnya.

Pada kegiatan riset ini, tim kerja akan melibatkan periset sejumlah 6 (enam) orang dari kalangan Akademisi, Pegiat Literasi, dan Seniman/Budayawan dari Sulbar, dengan waktu yang disediakan adalah selama 1 (satu) minggu. Hasil yang diharapkan dari kegiatan riset ini adalah untuk menambah ilmu pengetahuan, menemukan dan menginvestigasi masalah serta mendapatkan solusi terhadap permasalahan yang ada, dan juga sekaligus menjadi bahan informasi untuk periset atau peneliti selanjutnya. Selanjutnya, hasil riset akan menjadi dasar untuk pelaksanaan kegiatan lainnya.

  1. Residensi

Kegiatan Residensi yang dimaksud adalah kegiatan belajar dan mengembangkan keterampilan dalam pengeloaan budaya. Peserta Residensi yang dilibatkan adalah 6(enam orang pegiat budaya/literasi, terdiri dari 2 orang asal Makassar (Sulawesi Selatan), 2 orang asal Palu (Sulawei Terngah) dan 2 orang asal Polewali Mandar (Sulawesi Barat). Pada kegiatan residensi, tim kerja menyediakan waktu (terbatas) yakni maksimal 14 hari, dan masing-masing peserta akan disiapkan pendamping lokal selama di lokasi (titik residensi) yang telah ditentukan.

Seluruh peserta residensi diharapkan agar mengikuti pertemuan teknis (via zoom) bersama tim kerja sebelum pelaksanakan kegiatan. Lokasi/titik residensi yang telah ditetapkan untuk peserta adalah di Kecamatan Balanipa, Kecamatan Tinambung, Kecamatan Limboro, dan Kecamatan Alu yang memiliki titik lokasi di 6 Desa, Yakni :

  1. Desa Mosso, Kec. Balanipa, Polman
  2. Desa Pambusuang, Kec. Balanipa, Polman
  3. Desa Batulaya, Kec. Tinambung, Polman
  4. Desa Renggeang, Kec. Limboro, Polman
  5. Desa Sayoang, Kec. Alu Polman
  6. Leppe’, Kec. Banggae Timur, Majene

Tim Kerja menentukan dan telah menetapkan objek sekaitan dengan tema sentral kegiatan, yakni : (1) Sando Piana’, (2) Sando Boyang, (3) Sando Lopi, (4) Sando Sasi’ (5). So’bo’ Uwai, dan (6) So’bo’ Litag.

  1. Lokakarya

Diharapkan, melalui residensi ini, peserta dapat berkolaborasi satu sama lain untuk menghasilkan karya baru khususnya tentang pengetahuan Sando Banua, yang dapat bermanfaat bagi peningkatan kapasitasnya dalam pemajuan kebudayaan Indonesia khususnya di Sulawesi Barat dan bermanfaat dalam memperluas jejaring para pelaku budaya kita. Hasil yang diharapkan dari residensi ini adalah berupa tulisan dari peserta, dan akan dituangkan dalam bentuk buku Fase Rawat PKN – Sulawesi Barat.

Kegiatan Lokakarya yang dimaksud adalah kegiatan ilmiah yang dilakukan oleh ahli untuk membahas masalah yang berkaitan dengan bidang keahliannya. Pada kegiatan lokakarya ini, akan melibatkan peserta sejumlah 100 orang dari kalangan akademisi terdiri atas guru, siswa/pelajar, dosen dan mahasiswa yang ada pada perguruan tinggi di Sulawesi Barat, serta mengundang narasumber yang memiliki pengalaman, kredibilitas serta pengetahuan budaya. Diharapkan, melalui kegiatan lokakarya ini dapat bertukar ide satu sama lain, mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi atas permasalahan yang ada, terkumpulnya data tentang Sando Banua, serta terciptanya wawasan baru serta partisipan untuk mencapai hasil yang diinginkan bersama.

  1. Pertunjukan Seni

Pertunjukan seni yang dimaksud adalah pertunjukan hasil karya Grup/Sanggar/Person yang ada di Sulbar, sebagai bentuk pelibatan dan pemanfaatan sumber daya seni yang ada. Pada kegiatan pertunjukan nanti, setiap peserta akan menyajikan karya hasil eksplorasi sekaitan Sando Banua. Kegiatan pertunjukan seni tersebut akan dilaksanakan selama 3 hari di beberapa titik lokasi residensi yang ditentukan, dengan tujuan untuk menginformasikan kegiatan budaya

mengenai Sando Banua melalui seni pertunjukan, serta mendekatkan seni itu sendiri secara langsung kepada masyarakat sebagai sarana hiburan, relaksasi dan edukasi Kegiatan pertunjukan seni ini akan diikuti oleh 6 (enam) Grup/Sanggar dan 6 (enam) orang seniman/person. Masing-masing peserta berasal dari kabupaten Polewali Mandar dan Majene provinsi Sulawesi Barat.

  1. Diskusi Buku & Film Dokumenter
  2. Diskusi Buku

Buku yang dimaksud adalah karya buku hasil kegiatan Fase Rawat PKN Sulawesi Barat, berisi dokumentasi foto semua kegiatan yang telah dilaksanakan dan disertai hasil tulisan dari peserta baik tim periset maupun peserta residensi, serta lainnya. Diharapkan dengan adanya buku tersebut, akan menambah pengetahuan dan sekaligus menjadi media informasi, pendidikan propaganda, atau berkampanye”, sekaligus merangsang daya pikir masyarakat untuk terus

menerus melakukan pelestarian dan pengembangan budaya daerah khususnya di Sulawesi Barat. Buku yang akan diproduksi nanti akan menjadi bahan diskusi bersama peserta diskusi.

  1. Film Dokumenter

Film Dokumenter yang dimaksud adalah film yang mendokumentasikan peristiwa dan berbagai hal lainnya sekaitan kegiatan PKN “Sando Banua” Sulawesi Barat, dengan tujuan untuk menyampaikan fakta, informasi, dan pesan kepada penonton, baik untuk tujuan pendidikan, hiburan, atau memelihara catatan sejarah. Film dokumenter ini akan menampilkan rekaman-rekaman sederhana dan menggunakan narasi serta hasil wawancara rekam atas kejadian-

kejadiarn atau sudut pandang selama pelaksanaan kegiatan budaya.

  1. TUJUAN

Tujuan kegiatan Fase Rawat PKN – Sulawesi Barat ini adalah:

  1. Untuk menyediakan ruang apresiasi, ekspresi, dan kreasi seni dan budaya yang beragam;
  2. Untuk mendorong interaksi budaya dan memperkuat kebudayaan yang inklusif;
  3. Untuk menghidupkan gerakan kebudayaan di tingkat akar rumput;
  4. Untuk menjadi media informasi dan komunikasi kegiatan pemajuan kebudayaan khususnya di Sulawesi Barat.

PELAKSANA

Kegiatan ini dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi bekerjasama dengan Komunitas Bahari Mandar (Sulawesi Barat)

  1. PESERTA

Peserta kegiatan terdiri dari :

  1. FGD (Akademisi, Pemerharti Seni dan Budaya, Pemerhati Sejarah, pelaku seni, dan lainnya;
  2. Periset (Akademisi dan Pegiat Seni dan Budaya)
  3. Residensi (Pegiat Budaya/Literasi) asal Sulawesi Barat, Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah;
  4. Lokakarya (Akademisi : Sekolah dan Kampus)
  5. Pertunjukan Seni (Grup/Sanggar dan seniman/person)
  6. Diskusi Buku dan Pemutaran Film (Perwakilan komunitas dan umum)

WAKTU DAN TEMPAT

Kegiatan Fase Rawat Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) – Sulawesi Barat dilaksanakan mulai tanggal 20 Oktober 2024 sampai dengan 29 November 2025, bertempat di kabupaten Polewali Mandar dan Majene, provinsi Sulawesi Barat.

Sebagai penutup dari konferensi Pers kegiatan Fase Rawat Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) 2024 Sulawesi Barat, Ridwan berharap kegiatan tersebut mendapat respon positif dari semua pihak, baik dari pemerintah maupun dari masyarakat di Sulbar

“Besar harapan kami, semoga kegiatan ini mendapat respon positif dari semua pihak baik pemerintah maupun masyarakat, khususnya di Sulawesi Barat untuk pemajuan kebudayaan di Indonesia,” pungkas Ridwan yang juga sebagai Duta Baca Sulawesi Barat yang berupaya melestarikan kebudayaan Mandar, pegiat literasi di Sulawesi Barat serta telah banyak menulis buku tentang kebudayaan dan kehidupan orang Mandar.

Editor: Daeng Nompo’

*Berkomentarlah di kolom komentar dibawah dengan bijaksana yang menginspirasi dan bertanggung jawab.Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti yang diatur dalam UU ITE.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *