Apa itu Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah? Berikut Niat dan Tata Cara Puasa Sunnah Tarwiyah dan Arafah

- in HUMANIORA
21847
0

SANDEQPOSNews.com, Sulawesi — Hari Raya Idul Adha atau umum disebut hari lebaran Idul Qurban bagi umat muslim akan melaksanakan 10 10 Dzulhijjah 1445 atau diperkirakan pada Senin 17 Juni 2024.

Sebelum Idul Adha, ada banyak amalan yang dapat meningkatkan pahala ketika melaksanakan Puasa sunnah Tarwiyah dan Puasa sunnah Arafah.

Puasa Tarwiyah merupakan puasa yang diamalkan pada 8 Zulhijjah Sedangkan puasa Arafah diamalkan pada 9 Dzulhijjah. Hukum puasa Tarwiyah dan Arafah adalah sunah atau dianjurkan, bukan merupakan amalan wajib.

Adapun ganjaran yang akan diberikan kepada umat yang melaksanakan Puasa Tarwiyah adalah sama dengan pahala yang diberikan kepada Nabi Ayub, Hal itu berdasarkan riwayat Abu Hurairah dalam kitab Nuzhah Al-Majalis wa Muntakhab Al-Nafais:

“Barangsiapa berpuasa pada hari Tarwiyah, maka Allah akan memberikan pahala seperti pahala kesabaran Nabi Ayub Alaihissalam atas musibahnya. Barangsiapa berpuasa pada hari Arafah, maka Allah akan memberikan pahala kepadanya seperti pahala Nabi Isa Alaihissalam,”

Sedangkan umat yang melaksanakan Puasa Arafah akan dihapuskan dosanya selama dua tahun, yakni dosa-dosa kecil. Rasulullah SAW bersabda dalam hadits riwayat muslim:

“Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang. Dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim no.1162).

Selain memiliki beragam amalan dengan keutamaan mulia, sepuluh hari awal Dzulhijjah merupakan hari-hari yang dicintai Allah SWT. Dikutip dari buku bertajuk 44 Faidah 10 Hari Awal Dzulhijjah karya Syaikh Al-Munajjid, hal ini tertera dalam hadits berikut:

مَا مِنْ أَيَّامِ الْعَمَلُ الصَّالِحُ فِيهَنَّ أَحَبُّ إِلَى اللهِ مِنْ هَذِهِ الْأَيَّامِ الْعَشْرِ يَا رَسُولَ الله، وَلَا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ الله, وَلا الْجِهَادُ فِي سَبِيلِ اللَّهِ، إِلَّا رَجُلٌ خَرَجَ بِنَفْسِهِ وَمَالِهِ فَلَمْ يَرْجِعُ مِنْ ذَلِكَ بِشَيْءٍ

Artinya: “Tidaklah ada hari yang beramal shalih di dalamnya lebih dicintai oleh Allah melebihi 10 hari ini (yaitu 10 hari awal bulan Dzulhijjah). (Para sahabat bertanya:) Wahai Rasulullah, tidak pula jihad di jalan Allah? (Nabi menjawab:) Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali seseorang yang keluar dengan jiwa dan hartanya lalu ia tidak kembali dengan membawa sesuatu apapun.” (HR Bukhari no 969 dan Tirmidzi no 757).

Perbedaan Puasa Sunnah Tarwiyah dengan Puasa Arafah

Sejarah Puasa Tarwiyah dan Arafah
Berdasar informasi dari buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah oleh Hanif Luthfi Lc MA, istilah tarwiyah berasal dari kata bahasa Arab tarawwa yang artinya membawa bekal air. Sebab, pada hari tersebut, yakni 8 Dzulhijjah, jemaah haji membawa banyak bekal air zam-zam untuk persiapan wukuf di Arafah dan menuju Mina.

Selain jemaah haji minum, memberi minum unta tunggangannya, dan membawa air minum dalam wadah. Imam An-Nawawi memberikan penjelasan tentang alasan penamaan ini sebagai berikut:

اليوم الثامن من ذي الحجة سمي يوم التروية؛ لأنهم كانوا يرتوون فيه الماء ويحملونه معهم في ذهابهم من مكة إلى عرفات

Artinya: “Hari ke-8 bulan Dzulhijjah disebut hari Tarwiyah, karena mereka (para jemaah haji) bersiap membawa bekal dan dibawa ketika pergi ke Mekkah sampai Arafah.”

Lebih lanjut, disadur dari situs Al-Azhar, tarwiyah juga bisa dimaknai sebagai proses berpikir. Arti ini berkaitan dengan mimpi Nabi Ibrahim AS pada malam 8 Dzulhijjah ketika Allah SWT memerintahkannya untuk menyembelih putra kesayangannya. Ismail.

Sementara itu, diambil dari laman NU Online, puasa Arafah yang bertepatan pada 9 Dzulhijjah setiap tahunnya juga masih berkaitan dengan mimpi ini. Sebab, pada 9 Dzulhijjah, Nabi Ibrahim kembali mendapat mimpi yang sama, yakni perintah menyembelih putranya.

Oleh karena mimpi yang sama datang lagi, Nabi Ibrahim mengetahui (arafa), bahwa mimpi tersebut adalah wahyu Allah SWT. Ketika pada malam ke-10 Nabi Ibrahim lagi-lagi mendapat mimpi serupa, beliau memutuskan untuk menjalankan perintah tersebut pada keesokan harinya, 10 Dzulhijjah.

Nabi Ibrahim menceritakannya pada sang putra. Sebagai hamba yang beriman, keduanya tidak pikir panjang, dan siap untuk melaksanakan perintah tersebut.

Ketika Nabi Ismail muda telah dibaringkan dan pisau siap ditebaskan, Allah mengirimkan ganti berupa kambing gibas dari surga. Peristiwa ini menunjukkan ketaatan Nabi Ibrahim dan Ismail kepada Allah SWT, biarpun perintahnya sulit.

Keutamaan Puasa Tarwiyah dan Arafah
Kembali diambil dari buku Amalan Ibadah Bulan Dzulhijjah karya Hanif Luthfi Lc MA, terdapat sebuah hadits yang secara khusus menjelaskan keutamaan puasa Tarwiyah. Hadits tersebut didapat dari Ali al-Muhairi dari at-Thibbi, dari Abu Sholeh, dari Ibnu Abbas RA secara marfu’. Bunyinya adalah:

مَنْ صَامَ الْعَشْرَ فَلَهُ بِكُلِّ يَوْمٍ صَوْمُ شَهْرٍ ، وَلَهُ بِصَوْمٍ يَوْمِ التَّرْوِيَةِ سَنَةٌ ، وَلَهُ بِصَوْمٍ يَوْمِ عَرَفَةَ سَنَتَانِ

Artinya: “Siapa yang puasa 10 hari, maka untuk setiap harinya seperti puasa sebulan. Dan untuk puasa pada hari tarwiyah seperti puasa setahun, sedangkan untuk puasa hari arafah, seperti puasa dua tahun.”

Namun, para ulama menegaskan bahwa hadits tersebut palsu. Ibnul Jauzi mengatakan:

وهذا حديث لا يصح . قَالَ سُلَيْمَانَ التَّيْمِيِّ : الطبي كذاب . وَقَالَ ابْن حِبَّانَ : وضوح الكذب فيه أظهر من أن يحتاج إلى وصفه

Artinya: “Hadits ini tidak shahih. Sulaiman at-Taimi mengatakan, ‘at-Thibbi seorang pendusta’. Ibnu Hibban menilai, ‘at-Thibbi jelas-jelas pendusta. Sangat jelas sehingga tidak perlu dijelaskan.'”

Sementara itu, keutamaan puasa Arafah telah masyhur di kalangan kaum muslimin. Orang yang mengerjakan puasa Arafah akan dihapuskan dosanya setahun lalu dan setahun mendatang.

Disadur dari buku Amalan Awal Dzulhijjah hingga Hari Tasyrik oleh Muhammad Abduh Tuasikal, keterangan itu diperoleh dari hadits yang berbunyi:

صِيَامُ يَوْمِ عَرَفَةَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ وَالسَّنَةَ الَّتِي بَعْدَهُ وَصِيَامُ يَوْمٍ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

Artinya: “Puasa Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyura (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (HR Muslim no 1162).

Berikut Niat dan Cara Puasa Sunah Tarwiyah dan Arafah

1. Niat Puasa Sunnah Tarwiyah
Sebelum melaksanakan Puasa Sunah seorang muslim harus mengawalinya dengan niat. Dalam membaca puasa puasa sunnah Tarwiyah umat muslim dianjurkan melafalkanya pada malam hari.

Berikut ini niat puasa Tarwiyah:

نَوَيْتُ صَوْمَ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: “Saya niat puasa sunnah Tarwiyah karena Allah ta’âlâ.”

Jika seseorang lupa melafalkan niat puasa Tarwiyah pada malam hari, seperti halnya puasa sunnah lainnya, ia diperbolehkan melakukannya pada siang hari, asalkan belum melakukan hal-hal yang membatalkan puasa.

Adapun niat puasa Tarwiyah untuk siang hari, yaitu:

نَوَيْتُ صَوْمَ هٰذَا اليَوْمِ عَنْ أَدَاءِ تَرْوِيَةَ سُنَّةً لِلّٰهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma hâdzal yaumi ‘an adâ’i tarwiyata sunnatan lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Saya niat puasa sunnah Tarwiyah hari ini karena Allah ta’âlâ.

2. Melaksanakan Sahur
Menurut Yusuf Qardhawi, sahur adalah makanan yang dikonsumsi antara tengah malam hingga fajar. Tujuannya adalah untuk memberikan energi bagi tubuh agar dapat menahan lapar dan haus selama berpuasa. Ini merupakan sunnah dalam amalan puasa apapun.

3. Menahan Diri
Mulai dari terbit fajar hingga terbenam matahari, menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa seperti makan, minum, dan hubungan suami istri. Selain itu jika berinteraksi dengan orang lain umat muslim juga harus menghindari hal-hal seperti seperti pertengkaran, kebohongan, bergunjing, dan bergosip (ghibah).

4. Melaksanakan Iftar
Berbuka puasa saat matahari terbenam. Disunnahkan berbuka dengan kurma dan air, lalu berdoa. Dengan membaca doa berbuka puasa:

Allahumma laka shumtu wa bika amantu wa ala rizqika afthartu. Birrahmatika yaa arhamar roohimin.

“Ya Allah, untukMu aku berpuasa, dan kepadaMu aku beriman, dan dengan rezekiMu aku berbuka. Dengan rahmatMu wahai yang Maha Pengasih dan Penyayang,”.

5. Amalan Tambahan
Selama berpuasa, dianjurkan untuk memperbanyak ibadah seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur’an, berzikir, dan berdoa. Dengan bersedekah juga dapat dilakukan dengan cara membagikan makanan kepada masyarakat kurang mampu.

Niat dan cara Puasa Sunnah Arafah

1. Niat Puasa Arafah
Seperti puasa sunnah lainnya, umat muslim yang ingin mengerjakan puasa Arafah juga perlu untuk melafalkan niat. Niat puasa sunnah ini dianjurkan dilakukan pada malam hari. Dikutip dari laman NU Online, berikut lafal niat puasa Arafah:

نَوَيْتُ صَوْمَ غَدٍ عَنْ أَدَاءِ سُنَّةِ يَوْمِ عَرَفَةَ لِلهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma ghadin ‘an adâ’i sunnati Arafah lillâhi ta’âlâ.

Artinya: Aku berniat puasa sunnah Arafah esok hari karena Allah SWT

2. Sahur
Sahur merupakan anjuran yang penting sebelum memulai puasa Arafah. Melakukan sahur bisa menjadi amal yang penuh berkah dalam menjalankan ibadah puasa, meskipun tidak wajib. Bahkan tanpa sahur, puasa tetap sah dan diterima.

3. Menjauhi larangan
Penting untuk menjauhi segala hal yang dapat membatalkan puasa, seperti makan atau minum secara sengaja, hubungan suami istri, dan sebagainya. Pengendalian emosi dan nafsu perlu dijaga agar puasa tetap terjaga.

4. Keutamaan Puasa Arafah
Ali Musthafa Siregar dalam bukunya yang berjudul Fiqih Puasa mengatakan tentang keutamaan puasa arafah. Salah satu fadhilah puasa arafah atau keutamaan puasa arafah adalah penghapus dosa-dosa tahun yang lalu dan tahun yang akan datang.

“Hari arafah adalah hari yang paling banyak Allah SWT bebaskan hamba-hambanya dari api neraka.” (HR. Muslim)

Rasulullah SAW bersabda dalam riwayat Muslim:

صوم يوم عرفة يكفر سنتين ماضية ومستقبلة وصوم يوم عاشوراء يكفر سنة ماضية

Artinya, “Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa dua tahun yang telah lalu dan akan datang, dan puasa Asyura (tanggal 10 Muharram) menghapus dosa setahun yang lalu,” (HR Muslim).

Mereka yang ingin berpuasa Arafah 9 Dzulhijjah dianjurkan untuk melafalkan niat puasa sunnah Arafah di malam harinya.

Selain itu puasa Arafah disebut sunnah muakad karena tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW. Seperti dalam hadits:

عَنْ حَفْصَةَ قَالَتْ أَرْبَعٌ لَمْ يَكُنْ يَدَعُهُنَّ النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ صِيَامَ عَاشُورَاءَ وَالْعَشْرَ وَثَلاَثَةَ أَيَّامٍ مِنْ كُلِّ شَهْرٍ وَرَكْعَتَيْنِ قَبْلَ الْغَدَاةِ

Artinya: Dari Hafshah RA, ia berkata, “Ada empat hal yang tidak pernah ditinggalkan Rasulullah SAW yaitu, puasa Asyura, puasa sepuluh hari di bulan Dzulhijjah, puasa tiga hari setiap bulan, dan dua rakaat sebelum Subuh.” (HR Ahmad dan An Nasa’i).

*Berkomentarlah di kolom komentar dibawah dengan bijaksana yang menginspirasi dan bertanggung jawab.Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti yang diatur dalam UU ITE.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *