Rumah Wartawan Media Harian Ikut Hancur Diterjang Banjir Bandang

- in BERITA
503
0

Rumah Wartawan Media Harian Ikut Hancur Diterjang Banjir Bandang

Kondisi rumah Mabrur, wartawan harian di Sulbar, tampak pada kolong rumah yang hancur berantakan, jum’at sore, 18/11). (ist)

sandeqposnews.com, Polman — Hujan deras terus jatuh dari langit di Kabupaten Polewali Mandar dan kabupaten Majene, Sulawesi Barat, Jum’at (18/11/2022).

Hujan yang menderu-deru itu berlangsung sejak sekira pukul 03:00 dini hari waktu Indonesia tengah hingga pagi pukul 07:00, wita, lalu berangsur-angsur gerimis sampai petang. Namun mendung di angkasa masih terlihat legam, memenuhi wilayah di dua kabupaten itu.

Tak sedikit korban harta,  bahkan korban jiwa pun dikabarkan terjadi. Ratusan rumah rusak parah dan hanyut terseret banjir arus air.  

Banjir di jalan trans Sulawesi poros Polman-Majene di perbatasan Kab. Majene dan Kab. Polman, tak dapat diakses kendaraan, Jumat siang (18/11). (Fajri/SANDEQPOSNews.com).

Salah satu wilayah yang sangat terdampak oleh banjir tersebut adalah Dusun Katitting, Desa Tandung, Kecamatan Tinambung, Kabupaten Polewali Mandar (Polman). Desa ini berbatasan langsung dengan Kecamatan Banggae Timur, Kab. Majene. Sehingga kedua wilayah ini memiliki dampak banjir bandang yang sama.

Salah satu wartawan harian koran Radar Sulbar, yang rumahnya turut diterjang banjir adalah Muh. Mabrur Waris, mengisahkan akibat banjir itu rumahnya rusak parah. Menurutnya air setinggi 2 meter menutupi hampir semua rumah panggung kayu yang dihuni oleh kedua orang tuanya. Hanya atap yang terlihat, semua struktur rumah sudah diliputi air, sebab badan jalan desa lebih tinggi daripada rumah.

“Kampung’ku kebanjiran full (pol), sampai saat ini tidak kutahu di mana tidur mama’ku,” ujar Mabrur, lewat chat WhatshApp, Jum’at malam.

Ratusan rumah di Galung Lombokz Kec. Tinambunh, Kab. Polman terendam banjir bandang, Jum’at (18/11). (Fajri/SANDEQPOSNews.com).

Semua warga yang terdampak banjir tak bisa berbuat apapun, karena derasnya air mengalir.

Saat itu, Mabrur sedang berada di rumah istrinya di Lanyonga, Kecamatan Banggae Timur, Kab. Majene. Ia tak menyangka jikalau rumahnya tempat Ia dibesarkan itu akan terimbas bajir bandang.

“Saya memang kadang menginap di rumah di Katitting, kadang juga di rumah istri di Majene. Tapi waktu Kamis malam saya tidak punya perasaan apapun, jadi saya ke Majene,” ujar Mabrur yang saban hari menjalankan kerja jurnalistiknya di wilayah Majene.

Padahal, ungkap dia, bapaknya baru beberapa hari keluar dari rawat inap di RSUD Majene, dan menjaganya dengan setia.

Sebagai anak yang mencintai kedua orang tuanya, ia sangat gelisah tatkala ibunya dinyatakan hilang saat banjir. Setelah lama mencari tahu akhirnya ditemukan di kerumunan warga mengungsi.

Ironisnya, bapaknya yang masih sakit itu pun kembali dilarikan ke RSUD Majene, akibat akut secara tiba-tiba saat berupaya mengungsi dari terjangan air bah.

Suasana jalan trans di Sepak Batu. kec. Tinambung, Kab. Polman. Air setinggi betis deras mengalir membuat kendaraan khawatir melewatinya, Jum’at (18/11). (Fajri/SANDEQPOSNewscom).

Tidak itu saja, rusak parah sebagian rumah panggung itu akibat air yang menggenangi sampai di lantai papan atas, dan pada bagian bawah di kolong rumah terdapat pula ruangan berdinding papan dan lantai semen, juga rusak parah. Sementara satu unit motor matic dan satu sepeda yang ditaruh di kamar tersebut ikut pula rusak.

Mabrur menilai, banjir di Desan Tandung, kec. Tinambung lama baru surut, dibanding di kota kabupaten Majene ketika hujan reda, beberap menit pun berangsur surut.

Ia menduga banjir bandang juga dipengaruhi oleh luapan sungai Mandar, sehingga tiga kecamatan di wilayah Balanipa yakni  kec. Tinambung, kec.Limboro, dan kec. Alu, alami banjir bandang.

Menurutnya, Baniir besar juga pernah terjadi di Kec. Tinambung pada tahun 2009 lalu, yang mengakibatkan  Kelurahan Peto’osang rusak parah.

Mabrur menduga, tidak saja karena luapan air itu akibat hujan deras, namun juga dipengaruhi penambangan galian C (pasir di sungai) secara ilegal, serta pembalakan liar di hulu sungai.

Mabrur berharap, pemerintah semestinya lebih sensitif terhadap lingkungan hidup, terutama terhadap kelestarian hutan dan kondisi sungai yang makin hari semakin terjadi pengendapan di muara.

Editor : Daeng Nompo’

*Berkomentarlah di kolom komentar dibawah dengan bijaksana yang menginspirasi dan bertanggung jawab.Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti yang diatur dalam UU ITE.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *