Warga Pebukitan Pa’leo To Banda Sangat Membutuhkan Air Bersih Untuk MCK

SANDEQPOSNews.com, Majene — Setetes air adalah sumber kehidupan bagi semua makhluk hidup di muka bumi, Seperti tetumbuhan dan hewan, termasuk manusia juga sangat membutuhkan Air bersih sebagai kebutuhan pokok utama untuk minum, mandi dan cuci kakus (MCK).
Seperti halnya bagi warga yang bermukim di Lingkungan Pa’leo to Banda, Kelurahan Pangaliali, Kecamatan Banggae, Kabupaten Majene, Sulawesi Barat, saat kini sangat membutuhkan air bersih itu. Pa’leo to Banda berada di puncak pebukitan, untuk mencapainya dibutuhkan kendaraan motor dengan mengendara ekstra ketat.
Sebab untuk menuju ke puncak pebukitan harus melewati pemukiman padat penduduk yang memiliki jalur jalan setapak kecil berkelok dan menanjak di Lingkungan Pa’leo yang juga berada di pebukitan, namun masih di bawah pemukiman warga Pa’leo to Banda.
Kedua Lingkungan pemukiman tersebut memiliki geografis dengan kemiringan terjal, rumah-rumah penduduk saling berdekatan ada pulayang berhimpitan saling mengikat satu sama lain di atas tanah bertangga atau membentuk terasering. Sekalipun demikian dua wilayah ini masih berada dekat dari kota kabupaten dan wilayah pebukitan itu berhadapan dengan kantor bupati Majene di pinggiran Jalan Trans Sulawesi, Poros Majene – Mamuju, Jl. Gatoto Subroto.

Secara umum geografis pebukitan Pa’leo terdiri dari bebatuan kapur, namun di atas tanah berbatu itu tumbuh berbagai jenis pohon, seperti pohon sukun, Pisang, Belimbing dan pohon Jati. Selain rumput ilalang, juga pohon bambu dan pohon mangga, serta pohon palm juga tumbuh subur. Udaranya sejuk dan jauh dari suara bising.

Jika berada di puncak bukit Pa’leo to Banda, suasana batin menjadi nyaman sebab mata dapat memandang panorama yang menakjubkan. Kota kabupaten Majene, pantai dan lautan serta pemukiman yang berada di poros trans Sulawesi dapat terlihat begitu indahnya.

Berbeda dengan warga yang bermukim di Lingkungan Pa’leo yang berada di bawah puncak bukit itu, lebih banyak daripada penduduk di Lingkungan Pa’leo to Banda. Dan kebutuhan air di Lingkungan Pa’leo masih dapat terpenuhi dibanding warga yang berada di Lingkungan Pa’leo to Banda.
Soal air bersih bagi warga Pa’leo to Banda di puncak pebukitan itu, mereka mengandalkan sumur bor yang diperoleh dari bantuan sarana dan prasarana air bersih sumur bor dalam dari Kementerian Energi dan Daya Mineral Badan Geologi pada tahun 2019, tapi itu kini sudah tidak lagi berfungsi, mesinnya rusak permanen.

Seorang warga Lingkungan Pa’leo to Banda, Nasaruddin menurturkan mesin sumur bor dalam bantuan dari kementerian tersebut sejak tahun 2019, itu sudah tidak berfungsi (macet) sejak tahun 2020 lalu. Ia berharap agar pemerintah bisa kembali membantu mesin sumur bor dalam itu agar segera diperbaiki, agar warga bisa kembali mendapatkan air.

“Kami sangat mengharapkan bantuan dari pemerintah, agar bisa diperbaiki ini mesin supaya kami di sini bisa lagi dapat air pak,” harap Nasaruddin kepada pemerintah saat wawancara dengan SANDEQPOSNews.com.

warga lainnya, Syahril menyebutkan, dari dua mesin sumur bor dalam yang dibantukan oleh Kementerian Energi dan daya mineral itu, satu mesin sumur bor dalam yang berada di Lingkungan Pa’leo masih berfungsi, padahal bantuan tersebut pada tahun 2016. Selisih jarak 2 tahun dengan yang ada di puncak pebukitan di Lingkungan Pa’leo to Banda, yaitu pada tahun 2019.

“Ada dua mesin pak, tapi yang mesin tahun 2019 itu cepat rusak mesinnya. Padahal baru dua tahun lalu dipasang tapi rusak waktu tahun 2020, sementara mesin sumur bor yang di bawah (Lingkungan Pa’leo) mulai dipasang tahun 2016, Tapi mesinnya masih berfungsi dan bisa menyedot air” ujar Syahril.

Untuk medapatkan sumber air agar MCK terpenuhi, saat kini warga Pa’leo to Banda harus berjalan kaki ratusan meter ke rumah warga yang memiliki sumur bor.
Editor : Daeng Nompo’