Warga Jamaah Tablig Pertanyakan Fasilitas Isolasi Hingga Diagnosa Covid19 

Warga Jamaah Tablig Pertanyakan Fasilitas Isolasi Hingga Diagnosa Covid19 

Tangkapan layar : Suasana anggota jamaah tabig sedang mengaji, di ruang isolasi di salah satu ruangan pesantren Kab. Nabire, Papua. (ScereenShoot/SANDEQPOSNews.)

SANDEQPOSNews.com, Indonesia – Seorang pasien positif Covid-19, bernama Uma Rumlah, dalam video rekaman berdurasi lebih 2 menit yang beredar viral di media sosial, Jumat (1/5/2020) mengutarakan keadaan tempat karantina yang diberikan oleh Pemerintah Kabupaten Nabire bersama dengan 12 rekannya dari jamaah Tablig.

Umar menyatakan jika dirinya bersama jamaah lainnya masih dalam kondisi yang sehat walafiat tanpa ada gejala apapun.

Ia memperlihatkan kondisi ruangan tanpa kasur dan menurutnya saranan yang sangat tidak layak, untuk tempat penampungan pasien Covid -19, sangatlah tidak layak bahkan dibawa standar kesehatan.

Umar berharap kepada semua pihak terutama pihak terkait, agar menyediakan tempat yang layak bagi dirinya dan rekan-rekannya selama menjalani masa karantina atau isolasi.

“ini Tiba-tiba saja mereka bawa datang Alat-alat ini untuk pemeriksaan. Kami  tidak ngerti ini untuk apa ini baru saja dipasang,” kata Umar yang direkamnya sendiri lalu diviralkan ke medsos.

“kami mohon untuk diviralkan, agar semua orang tauh. Terima kasih kawan,” pungkasnya.

Baca juga Internasional

Jawaban Sekda Nabire

Pemerintah Kabupaten Nabire melalui Plt Sekretaris Daerah (Sekda), Daniel Maipon mengklarifikasi pengaduan video pasien Covid-19 Umar terkait kondisi tak layak tempat karantina Pondok Pesantren. Pengaduannya itu diunggah di media sosial dalam bentuk video dan sempat viral di beberapa grup media sosial.

Daniel Maipon mengatakan, bahwa pihaknya tidak pernah membiarkan 13 pasien Covid-19 terlantar di Pondok Pesantren seperti pada video yang beredar.

“Kami melakukan sesuai pedoman penanganan Covid-19 di indonesia yang dikeluarkan oleh Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dengan melakukan pencegahan, pengendalian dan penanganan Covid-19 di Kabupaten Nabire,” kata Daniel Maipon dihadapan awak media dalam Jumpa Pers di Aula Sekda Nabire, Senin (4/5/2020).

Terkait dengan kasur,Daniel mengatakan, pihaknya sebenarnya tidak mau memberikan kasur sebab status pasien positif Covid-19 dalam status mandiri, yang mana status mereka Orang Tanpa Gejala (OTG) dengan kondisi ringan.

“Sesuai pedoman mereka yang dalam status karantina mandiri itu harusnya dibiaya sendiri baik itu makan, tempat tinggalnya. Tetapi makannya kami siapkan dari awal mereka masuk di pondok pesantren bahkan tim medis tiap hari datang mengecek mereka,” ujarnya.

“Kalau kami mau tidak ingin memberikan kasur, mereka bisa ambil dari rumah sebab mereka ini hanya dipindahkan dari karantina mandiri dirumah ke pondok pesantren. Mengingat karna kami tahu ada ancaman dari warga ingin membakar rumah mereka, sehingga Pemerintah tidak mau mereka berbenturan dengan masyarakat yang tidak kena Covid-19,” katanya.

Daniel mengaku, Pemerintah Daerah agak kesulitan dalam menangani pasien Covid-19 dari jamaah Tabligh, sebab dalam keagamaan mereka berbeda dengan umat islam lain. bahkan tidak sejalan dengan pedoman yang dikeluarkan oleh Kemenkes.

“Salah satu contoh, mereka kalau makan itu mereka tidak bisa makan terpisah pake piring masing-masing, melainkan mereka harus makan bersama-sama dalam satu tempat ini yang membuat Pemerintah kesulitan,” pungkasnya.

Ditempat yang sama, Juru Bicara (Jubir) Tim Gugus Tugas Covid-19 Nabire, dr Frans Sayori mengatakan sesuai pedoman 13 pasien positif Covid-19 yang berada di Pondok Pesantren, mereka mengikuti karantina mandiri dengan status Orang Tanpa Gejala (OTG) dalam kondisi ringan.

“karena itu mereka seharusnya menjalani karantina mandiri, tempatnya dirumah sendiri, fasilitas sendiri, biayanya pun mandiri alias diluar tanggungan Pemerintah,” bebernya

Sebelumnya, Frans menjelaskan, penyebab mengapa pasien covid tersebut memilih tempat isolasinya sendiri, dan kondisi tempat tidurnya tidak layak, itu karena kebiasaan (doktrin) mereka sendiri yang memang sudah sering mereka lakukan sebagai bagian dari syiar agama.

Menurut Frans, mereka ini kelompok yang punya doktrin khusus, mereka enjoy dengan kondisi mereka seperti itu, yaitu makan bersama-sama di satu wadah yang sama. Itu biasa mereka lakukan sebagai bagian dari solidaritas saat melakukan syiar agama dari daerah ke daerah, dan itu untuk menjaga kebersamaan mereka,” kata Frans dikutip Nabire.net, Jumat (01/05/20) lalu.

Menurutnya, pemerintah sudah berupaya namun untuk merubah kebiasaan mereka tidak bisa serta merta.

Baca juga 

Pasien positif virus covid-19 tolak diisolasi, nekat shalat tarawih

Sebelum dibawa ke rumah sakit, berinisial S, pasien positif Covid-19 tinggal di Kelurahan Cakranegara Barat, Kota Mataram, NTB, baru selesai shalat tarawih di masjid lingkungan sekitar

“kami melakukan pengecekan ke rumahnya, yang bersangkutan justru tidak ada. Mestinya kan isolasi mandiri sejak kepulangannya dari Gowa Sulawlelsi Selatan. Kami cek justru shalat tarawih bersama banyak warga di Masjid Nurul Yakin, ” kata Camat Cakranegara Erwan saat dikonflrmasi, Kamis (30/4/2020)

Erwan mengatakan, pria ini memiliki riwayat menghadiri ljtima Ulama Sedunia di Gowa, Sulawesi Selatan, beberapa waktu Ialu.

Tangkapan layar : Suasana tegang malam hari, saat petugas Covid-19 hendak menjemput pasien Covid-19, namun menolak pergi, tapi akhirnya melunak dan dibawa ke RS Mataram. (Screenshoot/SANDEQPOSNews).

Anggota jamaah tablig ini kemudian dites swab, dan belakangan diketahui hasilnya positif. Namun, S ia tidak memberitahu kepala lingkungan bahwa dia dites swab. Sehingga warga tidak mengetahui bahwa pria ini seharusnya menjalani isolasi. Petugas dengan alat pelindung diri (APD) lengkap mendatangi rumah pria ini, tapi pasien ini malah menolak diisolasi.

Dia merasa sehat, dan tidak memiliki gejala seperti pasien Covid-19 pada umumnya. Sempat terjadi perdebatan alot antara S dengan petugas.

Namun, akhirnya pria berusia 57 tahun ini melunak setelah dijelaskan bahwa keberadaannya membahayakan warga Iain juga keluarga. Akhirnya dengan sukarela dibawa tim medis naik ambulans ke RSUD Kota Mataram untuk menjalani isolasi.

Update kasus corona di indonesia BNPN per Minggu-31 Mei 2020 (BNPB)

twitter.com/@BNPB_Indonesia

Berbagai sumber

Editor : Daeng Nompo’

*Berkomentarlah di kolom komentar dibawah dengan bijaksana yang menginspirasi dan bertanggung jawab.Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti yang diatur dalam UU ITE.

Tinggalkan Komentar

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *